[5] Kebersamaan Kita : “Titik Kejenuhan”
Copyright by thinkstockphotos.com |
Menjalani LDR memang tak semudah
yang kita pikirkan sebelumnya. Sebulan dua bulan memang terasa biasa. Tapi
bagaimana kalau itu sudah mencapai setahun? Hari-hari kebersamaan kita,
mengukir tawa dan mengurai tangis bersama. Hari itu seakan menjadi angan-angan.
Tanpa kehadiranmu, hari-hariku
jadi terlihat biasa-biasa saja.
Menjalani LDR memang tak semudah
yang kita pikirkan sebelumnya. Sebulan dua bulan aku selalu memimpikanmu dalam
tidurku. Membayangkan senyummu yang sudah tak bisa ku tatap lagi. Tapi
bagaimana kalau itu sudah mencapai setahun? Hari-hariku yang memimpikanmu
perlahan mulai memudar. Bahkan kehadiranmu dalam beberapa bulan terakhir sudah
tak ku temui lagi dalam mimpiku.
Menjalani LDR memang tak semudah
yang kita pikirkan sebelumnya. Tidak sedikit pasangan yang berguguran di jalan
LDR ini. Mereka yang bertahan pun tidak banyak. Kini kehadiranmu hanya seperti
siaran radio, bersuara tapi tak berwujud. Kadang kehadiranmu hanya seperti
siaran televisi, ku lihat tapi tak dapat ku dekap.
Menjalani LDR memang tak semudah
yang kita pikirkan sebelumnya. Ketika jarak kesenggangan itu mulai melebar.
Titik-titik jenuh itu mulai bermunculan. Hari-hari tanpamu mulai digerogoti
oleh kejenuhan demi kejenuhan yang tiada akhir. Tidak sedikit pasangan di jalan
LDR ini yang pernah merasakan dalamnya titik kejenuhan itu.
Dan ketika titik kejenuhan itu
melebar. Mulai menggangu hubungan kita. Aku dan kamu mulai tak saling paham.
Tuduh menuduh tiada akhir. Rasa curiga bermunculan. Cemburu pun semakin
menjadi-jadi. Seakan kejenuhan itu mulai menghantui kita. Menguasai hubungan
kita. Hingga tak jarang kata “putus” sering kita ucapkan. Bendera putih tanda
menyerah pun sudah sering kita kibarkan. Aku dan kamu, seberapa jauh kita akan
bersama.
Sang waktu seakan memenangi
pertarungannya. Strategi LDR ini cukup untuk membuat kita sejenak bertemu
dengan kejenuhan. Namun kejenuhan itu seakan menghantui kita tiada akhir. Hari-hariku
tanpamu kini diselimuti oleh kejenuhan. Dia membisikan pikiran-pikiran buruk
tetantangmu. Dia mengatakan bahwa semua yang kau ucapkan tentang cinta itu
hanyalah dusta belaka. Aku menjadi kalut. Titik kejenuhan itu benar-benar
menggerogoti pikiranku. Aku menjadi panik. Pikiran-pikiran buruk itu datang silih
berganti. Seakan kejenuhan mulai menguasai diriku.
Aku
dan kamu, seberapa jauh kita akan bersama.
Baca Juga : [3] Kebersamaan Kita dan [4] Kebersamaan Kita
Komentar
Posting Komentar