[1] Kisah Adikku : Jatuh Cinta Diam-Diam
Ini kisahnya. Adik kecilku yang sudah puber. Ini bukan
cerita drama Korea yang populer dengan kisah romantisnya. Ini bukan kisah drama
India yang bernyanyi riang ketika cinta datang. Ini adalah kisahnya. Adik
kecilku yang sudah puber.
Si pemicu cinta itu datang. Dia menyebutnya Mr. Z. Awal
mulanya,pertemuan saat acara Bina Akrab untuk Mahasiswa Baru. Ya, mereka berdua
adalah sesama Mahasiswa Baru. Dia dan pria yang disukainya. Dia sangat suka
pada cara menyapanya, tegurannya, tawanya, kata-katanya, candaannya,
senyumannya. Ah, aku tak bisa menggambarkan seperti apa hati seorang wanita
yang jatuh cinta. Tapi, dia mengungkapkannya seperti kisah drama romantis
tentang seorang pangeran tampan dan rupawan yang seolah sudi untuk menyapa
seorang wanita yang tak elok dipandang mata. Perumpamaan yang buruk sih, tapi
seperti itulah aku membayangkannya.
Awal semester yang indah untuk adik kecilku yang sudah puber.
Tapi, satu semester dilaluinya tanpa sekali pun bertemu dengan Mr. Z. Aneh
juga, saat ku tanya, alasannya karena mereka berbeda kelas. Entahlah, mungkin
cuma dia yang tak pernah bertemu dengan teman se-angkatan yang berbeda kelas
selama satu semester. Namun, satu semester itu terlewati dengan penuh suka
cita. Ketika semeter dua datang, menurutnya,
mereka ditakdirkan untuk bertemu lagi. Puber yang telat itu akhirnya datang
juga.
Untuk adikku yang sudah puber. Katanya, dia takjub saat Mr. Z ternyata masih mengenalnya. Pria
yang menyapanya saat acara Bina Akrab 6 bulan yang lalu itu bahkan masih hafal
dengan namanya. Pikirnya, percakapan singkat
mereka 6 bulan yang lalu itu cukup membuat Mr. Z terkesan padanya. Katanya, hatinya merona ketika Mr. Z memanggil
namanya. Sesekali dia mencuri pandang padanya, dan sesekali itu pula tiba-tiba
Mr. Z menoleh melihatnya, sekejap detik mata mereka bertemu, karena respon
sopannya, Mr. Z tersenyum padanya dikejauhan dan kembali memalingkan kepalanya.
Katanya,”ah, senyuman itu membuatku
yakin dia menyukaiku.”
Entah sudah senyuman keberapa yang dia terima dari Mr. Z
saat ini. Tapi yang kutahu, dia jadi rajin berangkat kuliah. Dia tak telat
lagi, saat ku tanya, jawabnya “karena ada yang harus ku lihat pagi ini”. Oh,
adikku yang baru puber.
Sempat ku tanyakan tentang kisah perjuangannya. Mungkin saja
kisahnya sama dengan kisahku dimasa lalu.Katanya,
rasa sukanya pada Mr. Z sungguh mengusik hatinya, bahkan harus susah payah
sampai berminggu-minggu untuk bisa menemukan akun facebook-nya. Katanya, hatinya senang saat jerih
payahnya mencari akun facebook Mr. Z berjalan sukses, tapi sampai cerita ini ku
ketikkan, dia masih belum mendapatkan konfirmasi dari yang punya akun tersebut.
Kataku, kasihan, untungnya waktu aku
jatuh cinta diam-diam aku belum mengenal facebook sama sekali.Katanya, dia bahkan sampai harus memutar
arah ketika pulang kampus agar bisa sesekali berpapasan dengan Mr. Z di jalan. Kataku, dia sungguh nekat, aku pun
pernah merasakan seperti apa lelahnya. Katanya,
setelah berminggu-minggu dia bertemu dengan Mr. Z di ruangan, baru minggu ke-6
akhirnya dia bisa mendapatkan nomornya. Ternyata jatuh cinta diam-diam sungguh
menguras tenaga dan kesabaran.
Tenanglah adikku, kamu tidak sendirian. Aku dan juga mereka
pernah merasakan ini. Jatuh cinta diam-diam. Orang yang jatuh cinta diam-diam.
Mereka menyukai semua imajinasi mereka tentang orang yang mereka sukai.
Sesekali berharap dan penuh doa. Menanti dia datang dan menyatakan cinta. Orang
yang jatuh cinta diam-diam mungkin memang lebih suka menunggu. Seperti adikku,
menunggu Mr. Z memalingkan wajahnya untuk sesekali menatapnya. Ah, sampai kapan
kata cinta itu terucap jika tak berani menyatakannya. Jika malu dikatakan,
wujudkan saja dalam tindakan. Bukankah bahasa tubuh kita juga mampu mengucapkan
“AKU SUKA KAMU”. Sederhana.
Komentar
Posting Komentar