Makhluk Kecil yang Menemani Sepiku
Mereka adalah hewan peliharaanku. Mereka mungkin terlihat
kecil. Tapi mereka teman kecilku. Mereka menemaniku saat aku sepi. Menemaniku
saat aku butuh teman. Sesekali aku bercerita tentang sebuah kisah saat sepi
menggangguku, membuatku terlihat gila. Tapi, aku puas membiarkan mereka
mendengarkan kisah sepiku. Tapi kini, mereka telah pergi. Aku membaringkan mereka
dibalik pekatnya tanah. Berharap mereka tenang dihari akhir mereka.
Yang pertama, kelinci putihku yang lucu. Kelinci putih
bermata merah. Pemberian kakakku yang hendak melanjutkan S2-nya di Yogyakarta.
Tapi kelinci ini adalah hewan peliharaanku yang pertama. Aku tak terlalu tahu
bagaimana merawat seekor kelinci. Tapi aku jadi rajin bangun pagi untuk
menyapanya dan memberinya makan. Membuatkan rumah-rumahan kecil. Bahkan saat
malam datang, aku masih duduk di sampingnya, membelai bulu-bulu kecilnya.
Tapi, hari terlalu cepat berlalu. Hampir seminggu. Saat pagi
datang, aku hendak menyapa di kandangnya. Namun dia sudah terdiam. Tak bernafas
lagi. Aku melihatnya. Itu menyedihkan. Padahal aku sudah berjanji untuk
merawatnya sampai kakakku menyelesaikan S2-nya dan kembali dari Jogja.
Yang kedua, kucing tua yang kesepian. Dia si kucing tua.
Tiba-tiba dia datang ke rumahku. Sepertinya dia kucing liar, tapi dia senang
saat aku mengelus-elus dagunya. Sejak saat itu dia jadi penjaga rumah yang
sigap. Bahkan semua tikus di rumah tak berani muncul lagi. Tapi dia si kucing
tua yang lemah. Sesekali aku melihatnya berlari kencang saat masuk ke rumah.
Aku pikir ada apa, ternyata dia melarikan diri dari kucing yang terlihat lebih
muda darinya dan kayaknya lebih kuat dan lebih besar. Bahkan aku pernah
melihatnya sedang mengamati sesuatu dibalik sela-sela pintu. Karena penasaran,
aku pun coba melihat dari jendela. Astaga, ternyata dia sedang bersembunyi dari
si kucing muda yang terlihat begitu berkuasa. Kasihan kucing tuaku ini.Hingga
sesekali saat kucing muda itu mengejarnya hingga masuk di dalam rumah, aku
langsung mengambil sapu dan memukul kucing muda itu dan mengusirnya keluar.
Berani benar dia mengganggu kucingku, pikirku.
Hingga akhirnya hari itu tiba. Awalnya terasa aneh. Sudah
empat hari dia tidak muncul. Aku mencarinya di sekitar rumah tapi nihil. Dan di
sore itu saat berbaring di tempat tidurku. Aku mencium bau tak sedap. Saat ku
intip di bawa kolong, ternyata itu dia, si kucing tua. Dia sudah tak bernafas.
Aku tak tahu penyebabnya, aku hanya menduga mungkin dia keracunan saat meminum
sesuatu.
Yang ketiga, ikan cupangku yang berwarna biru. Aku
menamainya Alfa. Sudah 4 bulan aku memeliharanya. Dia ikan yang lincah.
Tapi aku tak pernah tahu, dia jantan atau betina. Bahkan aku membiarkannya sepi
sendirian berenang tanpa teman. Dia, makhluk kecil terakhir yang menemaniku
dalam kesepian. Kini dia juga telah pergi. Saat aku hendak memberinya makan,
aku melihatnya sudah tak bergerak lagi. Dia terdiam di dasar toples kaca.
Komentar
Posting Komentar