[3] Kebersamaan Kita : “Rasa Cemburu Dan Kepercayaan”

Copyright by Thinkstockphotos.com
           
            Ketika cinta semakin menjadi-jadi. Rasa itu pun mulai tumbuh. Kaubahkan akuperlahan mulai merasakannya. Saat di mana aku, kamu dan mereka seakan berjarak. Menimbulkan rasa iri. Ketidak sukaan dan merasa tersaingi. Rasa untuk memiliki satu sama lain semakin membuat kita lupa bahwa cinta kita yang berlebih telah teracuni.

            Ketika cinta yang menjadi-jadi itu berubah bentuk. Rasa cemburu pun mulai menghantui. Gelisah itu datang menghampiri malam-malam kita. Gelisah itu meneror kesendirian kita. Kaubahkan aku—seakan marah ketika kita sudah tak peduli satu sama lain. Ketika kepedulian itu tercurahkan untuk orang lain.
            Hingga ketika cinta menjadi cemburu. Kau jadi pemarah yang menakutkan. Ngambek-mu semakin parah untuk ku tangani. Semua penjelasanku menjadi tiada arti. Kau—bahkan aku—tahu, diantara kita berdua hanya kau yang kadar ngambek-nya sudah tak tertolong lagi. Butuh waktu berhari-hari untuk menenangkanmu. Butuh waktu berjam-jam untuk meyakinkanmu.
            Hingga saat cemburu itu menyeruak. Semua temanku yang berjenis kelamin perempuan kau anggap selingkuhanku. Tak penting dia berusia lebih muda atau lebih tua dariku—yang penting selama dia perempuan—maka selama itu pula kau akan menganggapnya sebagai selingkuhanku. Bahkan sering kali—karena kejengkelanku pada kadar cemburumu yang memburuk dan nilai ngambek-mu yang semakin parah—akhirnya aku sering mengatakan padamu bahwa temanku yang berjenis kelamin pria pun adalah selingkuhanku. Dan kau pun tertawa. Seakan kau lebih menerima jika aku menjadi penyuka sejenis, dibandingkan menyukai perempuan lain. sungguh pikiran wanita itu seperti labirin aneh yang tak berujung. Saat kita mencoba memasukinya, kita akan kesasar didalamnya.
            Dan ketika rasa cemburu benar-benar merasuki pikiranmu. Aku mempercayakan diriku padamu sebagaimana kau mempercayakan dirimu padaku. Bukankah hanya kepercayaan itu yang mampu mengusir rasa cemburu yang tak berujung. Kita penuhi janji cinta yang pernah kita ucapkan. Menghiasi kebersamaan kita. Mengisi waktu lengang di tengah kesibukan kita masing-masing. Saling menjaga dan melindungi. Ada di saat kita saling membutuhkan.
            Aku untukmu dan kamu untukmu. Cukup itu yang harus kau ingat saat ini dan selamanya. Kebersamaan ini, tak kan goyah hanya karena rasa cemburu.
 

Komentar

Postingan Populer

Gereja Tua

Penyuka Senja

[2] Kisah Adikku : Imajinasi yang Ketinggian